iswa SMAN 5 Kota Madiun yang mengikuti olimpiade internasional tingkat pelajar usia 13-18 tahun, International Environmental Project Olympiad (Inepo) 2010 di Kota Istanbul, Turki, 19-22 Mei kemarin, berhasil meraih emas. Inepo 2010 ini diikuti 106 finalis dari 45 negara.
Dua siswa SMAN 5 Kota Madiun yang berhasil mengharumkan nama bangsa di ajang internasional itu adalah Nina Milasari, 17 tahun, siswa kelas XI IPA dan Christina Kartika Bintang Dewi, 15 tahun, siswa kelas X. “Siswa SMAN 5 Kota Madiun berhasil meraih emas untuk ketegori Fisika,” jelas Imam Zuhri, guru pendamping dua siswa ini.
Dalam olimpiade tersebut, keduanya menguji hasil karya yang diberi judul The Use of Sugar Factory Dust in Making Seismic Resistant Bricks atau kegunaan limbah abu (dust) asap pabrik gula dalam pembuatan batu bata yang tahan getaran atau gempa.
Menurut Imam, dua wakil Indonesia lainnya juga mendapat emas untuk kategori Kimia yakni siswa dari SMA Semesta Bilingual Boarding School (BBS), Semarang, Jawa Tengah dan SMA Santa Laurensia, Serpong, Tangerang, Banteng. “Dari 11 emas yang diperebutkan, Indonesia dapat tiga emas, jadi tiga wakil dari Indonesia dapat emas semua. Bagi sekolah kami, ini sejarah baru,” jelasnya. Selasa nanti (25/5), Nina, Christina, dan Imam dijadwalkan sudah tiba di tanah air.
Guru pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 5 Kota Madiun, Suharlinah, mengaku bangga atas prestasi yang diraih anak didiknya. “Alhamdulillah Nina dan Christina berhasil. Ini berkat kerja keras anak-anak dan semua jajaran guru serta Komite Sekolah yang mendukung keberangkatan anak-anak ke Turki,” katanya haru.
Suharlinah adalah salah satu guru yang kerap kali mendampingi dan memberikan bimbingan selama Nina dan Christina mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Turki. “Sebelum berangkat ke Turki, beberapa kali Nina dan Christina berlatih mengerjakan soal dan membahas kembali penemuan yang sudah diciptakan,” ujarnya.
Keberangkatan siswa SMAN 5 Kota Madiun ini memang sempat terkendala karena tidak mendapat bantuan dana dari Pemerintah Kota Madiun. Pihak Komite Sekolah akhirnya menggalang dana dari berbagai pihak baik kelembagaan maupun perorangan termasuk perusahaan swasta.
Berkat bimbingan para guru, kedua siswa SMAN 5 Kota Madiun itu berhasil menciptakan konstruksi batu bata yang dinilai tahan gempa. Inovasi teknologi mereka ini diciptakan melalui eksperimen berkali-kali yang memakan waktu sekitar satu tahun.
“Jadi kami memanfaatkan dust atau abu asap dari proses pembakaran bahan baku gula yang banyak terdapat di pabrik-pabrik gula,” jelas Nina beberapa waktu lalu sebelum berangkat ke Turki. Menurutnya, abu asap (dust) itu mengandung silikat yang tinggi.
Silikat adalah senyawa yang mengandung satu anion dengan satu atau lebih atom silikon pusat yang dikelilingi oleh ligan elektronegatif. “Silikat atau silikon dioksida (SiO2) itu memiliki daya rekat yang tinggi dan biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan semen atau konstruksi lainnya,” katanya.
Nina mengaku awalnya mereka memanfaatkan abu asap tersebut untuk briket yang biasa dijadikan bahan untuk pembakaran. “Setelah tahu mengandung silikat yang tinggi, kami mencoba memanfaatkannya untuk pembuatan batu bata,” jelasnya.
Batu bata yang bahan bakunya dicampur dengan silikat menjadikan batu bata lebih ringan sehingga lebih tahan getaram atau gempa. “Konstruksi bahan bangunan ini cocok untuk di daerah yang rawan gempa,” tuturnya.
Senin, 24 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar