Aku cinta Indonesia
Aku cinta Indonesia, sampai mati akan tetap cinta ... meskipun ia dihancurkan ... meskipun ia hancur. Sementara aku berada di tanah ... Aku akan tetap mengasihi Indonesia.
Ibu bumi sekarang sangat sedih, apalagi sekarang musim hujan ... air mata air kami lebih banyak air mata. Apakah kita tidak merasa kasihan padanya? Ibu pertiwi meratapi anak-anaknya tidak lagi akan menghargai itu, juga akan menghargai anak-anak yang sebelumnya telah berjuang untuk hak-hak mereka menuju kemerdekaan, sehingga anak-anak mereka masih muda tetap dapat menikmati hak-hak mereka secara bebas.
Aku sangat kasihan ibu pertiwiku tercinta. Sekarang para penyerbu mulai lagi menggerogoti negeri kita, mencuri semua kekayaan negara kita .... Ibu pertiwi menjerit sangat keras melampiaskan kesedihannya terjadi. Aku sangat menyesal. Tapi apa yang bisa saya lakukan? Apa yang dapat saya lakukan adalah aku berusaha keras untuk melakukannya.
Sampah pada tempatnya, merawat bunga-bunga dan pohon-pohon di taman, memiliki peran sebagai pelaku di daerah kesenian tradisional untuk menjaga kekayaan budaya negara kita, berjalan kaki untuk menghemat minyak dalam perut bumi ibu bumi, putar mati listrik ketika tidak diperlukan, belajar keras agar suatu hari nanti aku dapat membuat ibu pertiwi tersenyum.
Tapi jika hanya aku dan segelintir orang yang melakukannya apakah cukup?
Jika aku hanya membuang sampah saya hanya tidak egois, jadi tidak ingin membuang sampah lain di sampah orang lain? Tapi aku tidak punya kekuatan sebanyak itu untuk membuang semua sampah di buang milyaran putra dan putri ibu pertiwi di negeri ini, juga orang-orang yang juga peduli ....
Jika aku hanya merawat bunga-bunga dan pepohonan di kebunku sendiri apakah cukup? Sementara di luar sana juga beberapa orang yang berlaku lebih daripada aku, tapi di sisi lain ada orang-orang jadi bagaimana bisa menebang pohon sesuka hati? Apa yang tidak mereka butuhkan untuk bernapas. Pohon sumber oksigen bagi kita, jika tidak ada pohon untuk napas untuk memakai? Bukankah kalau kita tidak bernapas beberapa menit hanya untuk mati? Mau pakai apa napas pasokan oksigen ketika alam atau buatan manusia telah habis?
Jika aku pergi untuk melestarikan budaya kita, sementara saudara yang lain melestarikan budaya negara-negara lain, akan habis kekayaan budaya kita kan? Akan punah seperti badak bercula satu di ujung barat pulau Jawa.
Jadi apa yang harus dilakukan, saya tidak punya kekuatan untuk itu untuk mengundang orang untuk melakukan hal yang sama. Saya juga tidak punya banyak keberanian untuk memanggil saudara-saudaraku semua, saya juga tidak memiliki hak untuk mengubah ini. Aku bertanya kepada Tuhan selalu ... tetapi TUHAN akan berubah HANYA SATU NEGARA MEREKA INGINKAN JIKA mengubah negara sendiri.
Pasti salah satu, tidak bisa saya sendirian! Jadi, hai saudara telah meninggalkan bumi, MEMBUAT IBU PERTIWI KITA TERSENYUM KEMBALI ....
Selasa, 15 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)